“Yaudah dong gausah marah-marah gitu, kau pikir seperti itu bagus ?, marah didepan teman-teman kau
karena hal spele itu ?” kata Tigor sambil menahan Mika.
“Kau tau kah ? yang begini tra bisa saya terima, mereka orang
so terlalu banyak menghina saya e !”, jawab Mika.
Lalu mika kembali berteriak belakang kelas kepada semua
teman sekelasnya, “Saya datang kesini deng damai, tra pernah saya menghina
kalian toh ? tapi kalian terus saja menghina saya !”, teriak Mika sambil
menggebrak meja kayu didepannya dengan tampang marah seperti HULK tapi berwarna merah.
Menurutku ini sepele,
Mika hanya tidak bisa menerima bercandaan teman sekelas, karena jelas cara
bercanda orang di Jakarta sangatlah berbeda dengan cara bercanda orang-orang di kota
asalnya Jayapura. Sehingga menimbulkan rasa sakit hati.
Aku hanya duduk didepan bersama teman lainnya. Mencoba untuk
mendiamkan Mika yang sedang marah, kami menganggap itu hal yang tidak perlu di
pertontonkan atau bahkan diperpanjang, karena kita dan Mika bukanlah anak kecil,
Kita sudah dewasa dan pasti Mika akan mengerti kelak bahwa bercandaan tidaklah
perlu dianggap serius, meski terkadang sedikit kelewatan.
Taklama setelah Mika
tenang jam kedua pun dimulai, pelajaran mengenai Collition Regulation dimulai, Mika duduk sendirian dipojok kanan
depan kelas. Terlihat darimatanya bahwa masih ada gejolak di hatinya untuk
memaafkan teman-temannya tetapi di fikirannya selalu mengatakan bahwa
teman-temannya sudah kelewatan dan dia tidak harus memaafkan kawan-kawannya.
Namun apa daya, dia tidak membawa buku Collition Regulation, sedangkan pelajaran itu tanpa buku, sama saja
seperti belajar Bahasa inggris tanpa kamus, bisa kita dengar, tapi tidak bisa
kita mengerti. Kebetulan aku bawa bukunya, ku ajak Mika duduk disebelahku, Dia
menengok kepadaku dan langsung pindah kesebelahku.
Kami tidak berbicara banyak,
“Bet rule yang
keberapa ini yang sedang dibahas e ?”
“yang ke 7 Mik”, jawabku
“aduh ini jam saya benar kah bet ? jam saya so jam 6, kenapa
kau pung jam masih jam 6 kurang ?”
“yaelah Mik hanya beda 10 menit” jawabku kepada Mika yang
mukanya sudah tidak sabar ingin pulang
“ yasudah makanya kau taruh tangan kirimu kearah dosen agar
dia tahu ini sudah jam 6” kataku kepada Mika. Memang kebetulan dosen kami
berada beberapa cm didepan kita. Tanpa menunggu lama Mika langsung menggunakan tangan kirinya untuk menopang
jidatnya sehingga dosen yang sedang berbicara tidak jauh dari kami langsung
menghentikan pelajaran.
Kemudian Mika nyengir lebar kearahku, dan berkata “Hebat
juga cara ngoni Bet ! baru sebentar saya kasih tunjuk saya pung jam, itu dosen
langsung selesai ngajar”.
“Pea kau Mik” kataku sambil ikut nyengir.
No comments:
Post a Comment